Kamis, 07 Januari 2016

" Belajar dari Korek Api "

" Belajar dari Korek Api "






Assalammu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh,

         Selamat malam teman-teman! malam-malam gini enaknya sebelum tidur baca-baca artikel yang bisa memotivasi kita yaaap? Nah, saya waktu itu dapat artikel ini dari akun officialnya Teladan Rasulullah dari LINE. Memang sih hidup itu gak selalu indah kaya kata-kata motivator dan gak selalu mulus kaya aspal MotoGP, tapi gimanapun juga manusia butuh sama yang namanya masukkan yang positif agar hidupnya selalu mempunyai tujuan yang positif pula. Yuuuk lagsung aja kita baca artikelnya !

        " Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon. Bila korek api diibaratkan pikiran negatif, maka satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif. Korek api mempunyai kepala tetapi tidak mempunyai otak. Oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar. Kita punya kepala dan juga otak. Jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekkan kecil. Ketika burung hidup, ia makan ulat. Ketika burung mati, ulat makan burung. Waktu akan terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka tetapi siapa diri kita. Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita. Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita. Waktu kita SAKIT, kita baru tahu bahwa SEHAT itu sangat penting, jauh melebihi HARTA. Ketika kia TUA, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. Dan setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia. Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA. Saling menghargai,saling membantu,saling memberi dan juga saling mendukung. Jadilah sahabat perjalanan hidup yang tulus. Allah bersama kita dan In Shaa Allah selalu bersama kita. Aamiin " -Sumber : Official Account of Teladan Rasulullah in LINE-

        Belajar dari hal kecil kita bisa mengambil pelajaran yang banyak dan begitu berarti, jadi apakah kita masih meremehkan hal yang kecil ? Toh ternyata kita manusia juga kecil ! tapi kenapa manusia sering merasa besar? Manusia tercipta dari tanah, tapi kenapa sering kali bersifat langit ? Mari kita sama-sama introspeksi diri kita. Sekian self-reminder untuk kita semua pada malam ini, semoga bermanfaat dan membekas dalam diri kita. Aamiin.

Wassalammu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.


“ Seperti Apa Diri Kita ? “

“ Seperti Apa Diri Kita ? “


Assalammu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh,
            
            Hallo teman-teman! Dalam kesempatan kali ini saya mau beropini sambil itung-itung evaluasi diri kita. Apa kita pernah berpikir siapa diri kita? Kenapa kita berada di dalam jasad ini? Kenapa kita berada di dunia ini? Nah itu ada 3 pertanyaan yang bisa ngebuat kita bisa berpikir akan Kekuasaan dan Kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apa kita tau kalau kita itu makhluk kecil yang hidup di dalam bumi yang faktanya berada di galaksi bima sakti atau bahasa asingnya itu disebut milky way ? Dan apa kita juga tau kalau galaxy kita ini berada di tengah-tengah 2 miliar galaxy lainnya atau bahkan lebih?
           
          Kita sudah bisa menyimpulkan bukan betapa Maha Besar Allah atas segala ciptaan-Nya seperti alam semesta ini beserta isinya? Dan Betapa kecilnya kita semua dihadapan Allah? Masih pantas kita sombong? Ya! Kita pantas sombong! Tapi kita harus bisa bikin lebih dari 2 milyar galaxy dan lebih dari 6 milyar bintang dari masing-masing galaxy dan juga memberikannya kehidupan seperti di Bumi. Terlalu berat? Yaudah deh, minimal ciptain planet semirip bumi! Masih terlalu berat? Yowes, cukup tiupkan ruh dan susun susunan organ tubuh pada semut? Nggak bisa juga? Yaudah kita jangan sombong deh! Lagian kita nggak pantes sombong ko.
           
         Nabi Yusuf A.S yang tersohor pada zamannya karena ketampanannya aja nggak sombong sama kegantengannya. Nabi Sulaiman A.S yang dikasih kerajaan dan kekayaan juga nggak sombong atas tahta dan hartanya. Nabi Muhammad SAW yang kekayaanya ditaksir melebihi bill gates aja nggak sombong. Lah kita manusia biasa mau sombong? Kesombongan yang paling dominan itu ada di lisan kita. Lisan mencerminkan kepribadian seseorang juga loh.
            
         Kalau kita ngaku orang yang cerdas, coba yuk pilih kata-kata yang berkelas. Kalau kita ngaku orang yang cerdik, ayolah pilih kata-kata yang baik. Kalau kita ngaku orang yang santun, atuh lah pilih kata-kata yang tertuntun. Terus kalau kita ngaku orang yang sopan, ayo atuh pilih kata-kata yang menyejukkan. Tapi kalau kita ini orang yang gak tau budi, monggo pilih kata-kata yang keji. Kalau kita ini orang yang gak takut dosa, sana aja pilih kata-kata yang hina. Kalau kita ini orang yang sombong, sok mangga pilih kata-kata bohong. Nah, kalau kita ini orang yang gak takut azab, sok lah pilih kata-kata yang gak beradab.
            
           Keselamatan kita berawal dari mulut loh, kita berdo’a untuk meminta keselamatan sama Allah, apa yang kita gunakan selain dengan hati? Ya, mulut! Kebahagiaan kita berawal dari perilaku dan kemuliaan kita berawal dari amal kita. Silakan pilih dan setiap pilihan akan menjadi tanggung jawab kita, apakah akan mengangkat kita ke Surga atau menjerumuskan kita ke neraka? Kita telah diberi pilihan, maka kita harus memutuskan, jika kita normal maka kita akan memilih surga, bagaimana caranya kesana? Mari kita introspeksi diri kita masing-masing agar surga rindu terhadap kita sembari hati kita bersahut terhadap surga “I MISS U TOO”. Semoga kita terjaga dari segala perbuatan yang menghadirkan murka Sang Pencipta dan kelak terselamatkan karena amalan kita.

           
          “ Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah SWT keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nati hari kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah SWT mencatatnya yang demikian sampai hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi)
           
       Sekian sedikit self-reminder untuk kita semua, semoga kita semakin menjadi hamba yang bersyukur yaaap:)

Wassalammu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.